Balerong, Hati Hati








Iko info kawan ambo sabanta ko.                  
Dunsanak di jakarta hati-hati kalau parkir dipinggir jalan fatmawati...ini pengalaman pribadi tadi malam buka bersama di jl.abdul majid-fatmawati..mobil parkir dipinggir jalan berderet..malam agak gelap penerangan...kaca mobil di cutter sampai bolong..maling ambil barang2/tas/laptop sejangkauan tangan di dalam mobil....sampai kita gak sadar ketahuannya udah sampai di rumah....😇😇...waktu itu ternyata ada 2 mobil berdekatan...mobil saya extrail dan mobil teman crv...hati2 dalam bulan puasa ada aja tangan2 jahil ber aksi.

Doa Pagi Ini

 - Doa Pagi ini -


بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َٰÙ†ِ الرَّØ­ِيم                        

Ya Allah...
Jika hari ini ada diantara kami...
Yang sedang sakit...
Mohon angkatlah penyakitnya ya Allah...
Berikanlah kesembuhan untuknya...
Karena hanya Engkau lah yang Maha Menyembuhkan...

Ya Allah...
Jika hari ini ada diantara kami...
Yang kesulitan rizki
Mohon mudahkanlah dan bukalah jalan rizki nya ya Allah...
Karena hanya Engkau Sang Maha Pemberi Rezeki...

Ya Allah...
Jika hari ini ada diantara kami...
Yang hatinya sedang susah dan bersedih, menerima dan menghadapi ujian-Mu...
Mohon Kuatkanlah ia untuk bisa bertahan dan bersabar..
Dan hiburlah ia dengan penuh karunia-Mu..
Karena janji-Mu yang tak pernah Kau ingkari...
Setelah kesusahan ada kemudahan...

 Ya Allah...
Jika hari ini ada diantara kami...
yang sedang ada benih-benih sakit hati di hatinya..
Sombong, Iri hati, dengki dan dusta...
Mohon bersihkan dan sucikanlah ya Allah...                                                                 

 Ya Allah...
Mohon ampunilah segala dosa dan khilaf kami..
Pun jika sampai hari ini ada diantara kami, yg merasa tersakiti dan terdzolimi kesalahan kami yang disengaja atau pun yang tidak disengaja..
Bukakanlah pintu hatinya..
Agar bisa memaafkan kami...

Aamiin Allahumma Aamiin.... .."

Bagurau Surat Cinta



Surat cinta seorang pembantu untuk pacar bulenya. Mbak Sum bermaksud mutusin pacarnya Mr. John, yang orang bule itu. Tetapi dia tidak berani bertemu muka dengan kekasihnya. Mbak Sum lalu menulis surat dengan berbekal kamus Bahasa Indonesia-Inggris disertai pengetahuan umum yang pas-pasan. Berikut isi suratnya :
(kalo salah tlg dibenerin surat mba ini)

Hi John together this letter I give know you,
(Hai John bersama surat ini saya ingin memberitahumu,)

I want cut connection us.
(Saya ingin memutuskan hubungan kita.)

I think very cook cook.
(Saya sudah pikirkan masak-masak.)

I know love my only clap half hand.
(Saya tahu cintaku hanya bertepuk sebelah tangan.)

Correctly I have see you play fire with a women entertainment at town with my eyes head alone.
(Sebenarnya saya telah melihat kamu bermain api dengan wanita penghibur di kota dengan mata kepala saya sendiri.)

You always ask sorry back back river.
(Kau selalu meminta maaf berulang-ulang kali.)

River that I forgive you, but this river, you correct hurt my liver.
(Kali itu aku memaafkan kamu, tapi kali ini kau benar-benar menyakiti hatiku.)

Eyes you drop water eye crocodile
(Matamu meneteskan air mata buaya.)

You correct correct a man crocodile land.
(Kau benar-benar lelaki buaya darat.)

So, I cut connection and pull body from love triangle this.
(Jadi, saya putuskan hubungan ini dan menarik diri dari cinta segitiga ini.)

I cry night-night until no there is eye water more thinking about your body.
(Saya menangis bermalam-malam sampai tidak ada lagi air mata memikirkan dirimu.)

I not want sick my liver for two river.
(Saya tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya.)

Safe walk John !
(Selamat jalan John !)


From your fruit liver,
(Dari buah hatimu,)

SUMIATI LION ON THE TABLE
(SUMIATI SINGODIMEJO)...

Surau Buya Hamka

Surau Buya Hamka

Add caption

 Surau ini dibangun tahun 1928 oleh warga Kampung Tanah Sirah Kenagarian Sungai Batang dengan ukuran 6x8 meter. Dibangun oleh masyarakat untuk Buya HAMKA yaitu pada saat beliau pulang dari Mekkah. Pada waktu itu HAMKA masih berumur 18 tahun. Tujuan dibangunnya surau tersebut adalah untuk tempat mengajar mengaji Al-Qur’an anak-anak yang ada di nagari-nagari sekitar surau. Saat ini surau Buya HAMKA masih dimanfaatkan sebagai tempat mengaji Al-Qur’an bagi anak-anak.

Upacara Perhelatan Perkawinan

Upacara Perhelatan Perkawinan

Upacara pehelatan perkawinan di Maninjau menjadi sangat menarik karena masih kentalnya pengaruh adat dan budaya. Budaya baarak merupakan hal yang sangat menarik perhatian, tidak saja menarik perhatian para wisatawan tetapi juga masyarakat setempat.




Pada acara baarak, kedua penganten diarak keliling nagari dengan diiringi bunyi-bunyian yang merupakan alat kesenian anak nagari seperti: Tambua, Talempong, Gadabiak, dan Pupuik Batang Padi atau Tansa. Selain itu, ketika kedua penganten hampir sampai di rumah anak daro (penganten perempuan) maka akan disambut dengan Tari Galombang.


Atraksi Pagelaran Kesenian Tradisional

Atraksi Pagelaran Kesenian Tradisional








Di Maninjau terdapat banyak sanggar seni tradisional. Tiap-tiap nagari memiliki paling tidak satu buah sanggar seni tradisional. Sanggar seni tradisional yang terdapat di Maninjau berjumlah 71 buah sanggar seni. Kegiatan yang dilakukan di sanggar seni tradisional adalah mengajarkan dan mengembangkan seni tradisional seperti Randai, silat seni dan silat bela diri, musik dan tari-tarian tradisional, serta pengajaran pemahaman adat yang meliputi pasambahan, dan petatah petitih.

Makam Syekh Abdul Karim Amrullah

Dr. Haji Abdul Karim Amrullah

Dijuluki sebagai Haji Rasul, adalah ulama terkemuka sekaligus reformis Islam di Indonesia. Ia juga merupakan pendiri Sumatera Thawalib, sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Ia bersama Abdullah Ahmad menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar, di Kairo, Mesir.


Makam Syekh


makam Abdul Karim Amrullah
Makam Dr. Haji Abdul Karim Amrullah
di Maninjau, Sumatera Barat.
Abdul Karim Amrullah meninggal dunia pada 2 Juni 1945 di Jakarta. Beliau dimakamkan di Kecamatan Tanjung Raya, Jorong  Nagari, Nagari Sungai Batang.

Pada mulanya makamnya berada di Jakarta dan kemudian dipindahkan ke Maninjau. Di sisi makam beliau  dimakamkan adiknya yang bernama Syech Yusuf Amrullah yang lahir pada tanggal 25 April 1889 dan wafat pada tanggal 19 Oktober 1972. Pada saat ini, komplek makam dilengkapi dengan perpustakaan.

Kompleks makam ini mempunyai denah berbentuk empat persegi, orientasi makam utara-selatan dengan ukuran panjang 200 – 95 cm, dan telah dipagar dengan pagar terali besi dan diberi cungkup. Pintu masuk ke arah kompleks berada di sisi utara berhadapan dengan jalan di depannya. Makam dan nisan terbuat dari bahan batu kali yang direkat dengan semen.

Salah satu putranya, yaitu Hamka (nama pena dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dikenal banyak orang sebagai ulama besar dan sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka.


Rujukan
  • Graves, Elizabeth E. (2007). Asal-usul Elite Minangkabau Modern: Respons Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-661-1.
  • Santosa, Kholid O. (2007). Manusia di Panggung Sejarah, Pemikiran dan Gerakan Tokoh-tokoh Islam. Bandung: Sega Arsy.
  • Jamal, Murni (2002). Dr. H. Abdul Karim Amrullah, Pengaruh dalam Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau Pada Awal Abad ke-20.

Air Terjun Gadih Ranti

Air Terjun Gadih Ranti

Aia Tajun ( Air Terjun ) Gadih Ranti ini terletak di perbatasan Jorong Dama Gadang dengan Jorong Arikia Nagari Tanjung Sani Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Untuk bisa sampai kesana kita harus melewati jalan dari Lubuak Sao, sekitar 56 Km dari Kota Bukittinggi atau 11 Km dari Lubuk Basung Ibu Kota Kabupaten Agam.


http://ranah-maninjau.blogspot.com/2012/09/aia-tajun-gadih-ranti.html
Berada di ketinggian ± 900 mdpl pada posisi kira-kira 100.190849 BT dan 0.308647 LS air terjun dengan ketinggian ± 45 Meter ini memang sangat eksotis. Disamping dua air terjun yang meniupkan titik-titik embun, disamping sebelah kiri terdapat pula beberapa air terjun kecil sehingga menambah indah nya pesona Aia Tajun “Gadih Ranti” ini.

Suasana sejuk dan udara dingin sangat cocok untuk melepas kepenatan dan lebih indah lagi jika berkunjung kesini pada jam 14.00-16.00 WIB, dimana sekali-sekali kita kan melihat bias pelangi pada titik-titik embun dari air terjun ini akibat pantulan matahari dari sebelah barat nya.

3 Tempat Wisata di Lubuk Linggau Maninjau

3 Tempat Wisata Yang Wajib Anda Kunjungi di Lubuk linggau Maninjau

1. Air Terjun Temam
3 Tempat Wisata Yang Wajib Anda Kunjungi di Lubuklinggau
Air Terjun Temam di Siang Hari
3 Tempat Wisata Yang Wajib Anda Kunjungi di Lubuklinggau
Air Terjun Temam di Malam Hari


Tempat wisata yang pertama yang wajib anda kunjungi di Lubuklinggau adalah Air Terjun Temam. Air Terjun ini berada sekitar 11 kilometer kearah selatan dari pusat kota Lubuklinggau. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 12 meter dengan lebar 25 meter. Lingkungan yang masih sangat alami memang menjadikan tempat ini sebagai salah satu tujuan wisata paling favorit di Lubuklinggau.
Batu-batuan serta pepohonan hijau yang masih terjaga keasriannya akan menemani perjalanan anda. Jarak air terjun Temam ini sendiri sekitar 6.5 jam perjalanan dari kota Palembang dengan menggunakan kendaraan bermotor. Namun, untuk anda yang berada di daerah ujung utara pulau Sumatera, anda dapat menempuh jalur alternative lain, yaitu melalui Bengkulu yang akan menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Sedangkan dari pusat Kota Lubuk Linggau sendiri hanya berjarak sekitar 30 menit perjalanan saja. Wow! Cukup dekat bukan?!
2. Air Terjun Watervang
3 Tempat Wisata Yang Wajib Anda Kunjungi di Lubuklinggau
3 Tempat Wisata di Lubuklinggau

 
Objek wisata yang kedua adalah Air Terjun Watervang. Sebenarnya objek wisata yang satu ini adalah merupakan bendungan yang menyerupai Air Terjun. Bendungan yang dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1941 dibendung untuk pengairan persawahan masyarakat. Pada saat itu area persawahan masyarakat dikawasan sepanjang sungai Kelingi Kota Lubuklinggau sampai ke Kecamatan Tugu Mulyo dan Megang Sakti yang luasnya kurang lebih 8.000 hektar tentu harus memiliki pengairan yang baik.
Selain fungsi utama sebagai pengairan persawahan masyarakat, namun tempat ini juga memberikan suasana yang khas untuk dijadikan tempat wisata. Objek wisata ini terletak kurang lebih 5 km ke arah timur dari pusat kota Lubuklinggau. Kita hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja dari Pusat Kota Lubuklinggau dengan menggunakan kendaraan bermotor. Cukup dekat bukan? Recommended place nih untuk tempat melepas penat dan santai sejenak.
3. Bukit Sulap
3 Tempat Wisata Yang Wajib Anda Kunjungi di Lubuklinggau
Bukit sulap Lubuklinggau


Setalah mengetahui dua tempat yang hampir sama sebelumnya, tempat ketiga ini memiliki sedikit perbedaan. Yup, perbukitan! Bukit sulap, adalah sebuah tempat wisata berlokasi hanya sekitar 2 km dari pusat kota Lubuklinggau. Bukit ini memiliki ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut. Tumbuh-tumbuhan yang masih alami dan asri memang membuat temperatur udara menjadi sangat sejuk.
Untuk anda yang menyukai pertualangan, maka perjalanan menuju puncak bukit patut anda coba, mengingat puncak bukit ini belum dapat dilalui dengan kendaraan bermotor. Memang cukup melelahkan jika ditempuh dengan jalan kaki, tapi semua itu akan terbayar ketika anda sampai di puncak bukit ini. Anda dapat memandang keindahan kota Lubuklinggau, terlebih jika anda melakukan perjalanan dimalam hari yang tentu akan menjadi lebih menarik lagi.
Ditempat ini juga terdapat tumbuhan yang cukup unik dan menarik perhatian. Tumbuhan ini berupa bambu yang batangnya berwarna hijau bersih seperti pohon bambu biasanya, namun dahan dan ranting-rantingnya berwarna kuning serta berduri. Selain itu juga terdapat bambu yang batangnya berlubang tapi dahan dan ranting-rantingnya buntu. Sehingga menjadikan bambu ini mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri yang mungkin tidak akan anda temukan di tempat lain. Bahkan tidak hanya itu, di tempat ini juga terdapat sungai yang memiliki aliran yang sangat jernih yang bernama sungai Kesie. Dengan semua keindahan panorama alam inilah yang menjadikan Bukit Sulap sebagai salah satu objek wisata yang wajib anda kunjungi.

Aia Tigo Raso

 Aia Tigo Raso




 Objek Wisata Aia Tigo Raso ( Air Tiga Rasa ) itulah sebutan dari sumber mata air unik ini terletak di Jorong Muko-muko, Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Objek Wisata Aia Tigo Raso ini memang belum setenar Danau Maninjau atau Puncak Lawang pada umumnya namun tidak ada salahnya juga kalau anda berada di Kawasan Wisata Danau Maninjau untuk mengujungi tempat ini.
Untuk menuju lokasi Wisata Aia Tigo Raso ini tidaklah begitu sulit jika anda dari Bukittinggi anda bisa langsung menuju jalan ke Lubung Basung, setelah itu sebelum anda sampai ke PLTA Muko-muko anda akan melihat sebuah papan nama yang bertuliskan Objek Wisata Aia Tigo Raso dan sekitar 20 Meter lagi anda akan sampai ke lokasi dimana Sumber Aia Tigo Raso itu berada.
Kolam Yang berukuran sekitar 2 x 3 Meter ini mungkin akan terlihat biasa saja jika anda pertama kali mengujunginya, namun setelah anda mencoba untuk mencicipi rasa dari beberapa sumber mata air ini anda pasti akan terheran-heran karena dari beberapa sumber mata air ini, anda akan mendapati 3 rasa yang berbeda yang pertama rasanya sedikit manis, yang kedua terasa sepat dan agak pahit dan ketiga rasanya sedikit asam.


Sumber mata Air ini sebenarnya sudah ditemukan semenjak tahun 1970 namun keberadaan sumber mata air ini tidaklah banyak yang mengetahuinya, sampai pada suatu saat ada wisatawan dalam negeri yang berasal dari nias yang merasakan ada yang berbeda dari sumber mata air tersebut dan saat itulah sumber mata air ini banyak di bicarakan orang-orang.
Dulu juga ada yang mengatakan bahwa di tempat ini pernah di adakan penelitian dari salah satu Universitas tentang sumber mata air ini, dan hasil dari penelitian itu disimpulkan bahwa sumber mata air ini memiliki khasiat yang bisa menyembuhkan beberapa penyakit kulit dan selain itu juga bisa menyembuhkan penyakit lainnya.
Ada juga yang percaya bahwa kalau meminum air dari sumber mata air ini bisa membuat anda awet muda. Bagaimana menarik bukan!.
Nah, kalau anda percaya dengan manfaat dari sumber Mata Aia Tigo Raso ini anda bisa mengambil air ini untuk anda bawa pulang kerumah atau anda bisa bagikan ke kerabat terdekat anda.
Yang menariknya disini adalah tidak adanya pemungutan biaya jika berkunjung ataupun mengambil air dari sumber Mata Aia Tigo Raso ini. Anda hanya akan di anjurkan berinfak seikhlasnya saja, kalau anda tidak mempunyai uang lebih anda tetap diperbolehkan berkunjung ataupun mengambil air dari sumber Mata Aia Tigo Raso ini.




Ulama besar dari Maninjau

Buya Hamka,  Ulama besar dari Maninjau



Tahun 80-an papa sering menyetel kaset ceramah Buya Hamka keras-keras. Isi ceramah sederhana dan mudah dipahami oleh anak usia 10 tahun, saya. Sekarang, tahun 2016, saya kembali mendengar ceramah tersebut dari youtube, masih teringat beberapa petikan ceramah saat kecil dulu, masih hafal gaya bicara buya dan apa yang diceritakan di dalam kaset itu, dan menjadi pencerah jiwa.
Ketika merapikan foto-foto lama, ada foto mama (dan beberapa orang lain, jamaah) bersama buya, di belakang foto tertulis, foto dengan Buya Hamka di rumah buya di dekat Mesjid Al Azhar, Jakarta. Setelah Subuh buya memberikan ceramah agama di Mesjid Al Azhar.
Saat buya meninggal, saya dan beberapa jamaah di Mesjid Nurul Haq, Bukittinggi, Salat Gaib (salah jenazah bagi seseorang yang meninggal, tapi mayit tidak berada di lokasi, tempat salat dilaksanakan, buya meninggal di Jakarta).
Buya Hamka, sosok yang banyak bakat. Ia seorang, datuk dengan nama “Datuk Indomo” (pemimpin adat, di salah satu kaum di Nagari Maninjau), ulama Minang yang digelari “Tuanku Syaikh” (berarti ulama besar yang memiliki kewenangan di dalam rapat adat dengan jabatan Imam Khatib -adat Budi Caniago). Pejuang, yang diberi gelar kehormatan “Pangeran Wiroguno” dari Pemerintah RI.
Sebagai seorang intelektual Islam, Maret 1959 Hamka mendapatkan gelar “Ustadziyah Fakhriyah” (sama dengan Doctor Honoris Causa) dari Al-Azhar University, Mesir,. Tahun 1974, gelar Doctor Honoris Causa diperoleh dari University Kebangsaan Malaysia. Seorang sastrawan tokoh pergerakan, karya novel Hamka yang terkenal, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, sudah difilmkan. Seorang wartawan di Majalah Pedoman Masyarakat (Medan) dan budayawan, pandai berpidato dan merupakan tokoh Muhammadiyah.
Hamka merupakan kependekan dari Haji Abdul Malik Karim Kamarullah, ayah Hamka bernama abdul karim kamarullah. Hamka lahir di Nagari Maninjau, Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Saat Hamka berusia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padang Panjang ( 17 Februari 1908). Ayahnya memimpin sekolah Sumatera Thawalib, ia belajar bahasa Arab, sastra, dan ilmu agama di sekolah ini.
Usia 16 tahun, ia merantau ke Jakarta dan bergaul dengan tokoh politik seperti, Haji Umar Said, Cokroaminoto, dan RM Suryopranoto. Setelah itu ia ke tanah suci, Mekah. Sepulang dari Mekah, ia dijodohkan orang tua dengan Siti Raham. Hamka mempunyai 10 anak.
Hamka kemudian mengembangkan pendidikan Muhammadiyah dengan ayahnya fokus pada pendidikan pendakwah, di Pandang Panjang, berkat keberhasilannya mengembangkan pendidikan Muhammadiyah, ia ditunjuk menjadi konsul Muhammadiyah di beberapa kota di Indonesia.
Kemudian Hamka merantau ke Medan, mendirikan Majalah Pedoman Masyarakat, tahun 1936, dan menjadi tokoh pergerakan nasional bersama Bung Karno dan Bung Hatta.
Hamka pindah ke Jakarta, dan menjadi di menjadi anggota Muhammadiyah pusat. Ia merupakan tokoh penting di organisasi Muhammadiyah. Tahun 1955, Hamka bergabung dengan partai politik Masyumi dan terpilih masuk parlemen, ia menjadi politikus.
Tahun 1959 ia mendirikan Majalah Panji Masyarakat di Jakarta, dalam salah satu edisi, Panji Masyarakat memuat tulisan Hatta yang berjudul Demokrasi kita (saat itu Hatta, sudah mundur dari jabatan wakil presiden), karena tulisan itu, Majalah Panji Masyarakat dibredel, Soekarno.
Kegiatan politik Hamka berseberangan dengan Soekarno (yang dulu menjadi teman seperjuangan di masa kemerdekaan). Hamka dtahan atas perintah Soekarno selama 2 tahun 4 bulan, 1964-1966, dengan tuduhan melanggar undang-undang Anti Subversif Pempres No. 11, yaitu tuduhan merencanakan pembunuhan Presiden Soekarno. Selama ditahanan Buya Hamka menyelesaikan tafsir Al Azhar. Sebelum Soekarno meninggal, ia berpesan, agar meminta kesediaan Buya Hamka menjadi imam salat jenazah. Permintaan tersebut dipenuhi Buya Hamka. Buya Hamka menjadi imam salat jenazah Soekarno di Wisma Yoso.

Museum Buya Hamka

Museum Buya Hamka


Rumah kelahiran Buya Hamka. credit: samoharita.blogspot.com


Siapa tak kenal Buya Hamka? Penulis buku dan pejuang pendidikan ini ternyata lahir di sebuah daerah di Danau Maninjau. Ya, beliau lahir di Sungai Batang. Rumah kelahirannya itu dijadikan museum Buya Hamka. Di museum ini terdapat berbagai koleksi buku Karya Buya Hamka, foto-foto masa kecil hingga tuanya, baju-baju dan tongkatnya, dan segala macam benda-benda peninggalan Buya Hamka. Bagi pencinta sejarah, tempat ini sangat direkomendasikan untuk dikunjungi. Di tempat inilah seorang sastrawan hebat dilahirkan dan dibesarkan. Tentunya akan menjadi wisata sejarah yang sangat menarik.

Aia Angek Gasang

Aia Angek Gasang (Pemandian Air Panas Gasang)






Seperti namanya, aia angek Gasang ini berada di Jorong Gasang, Maninjau. Tempat ini terbilang unik, karena meskipun terletak tidak jauh dari Danau Maninjau, tempat ini menghasilkan air yang hangat. Meskipun tidak terlalu hangat, pemandian air panas gasang ini sangat pas untuk berendam.

Kelok Ampek Puluah Ampek

Kelok Ampek Puluah Ampek (Kelok 44)


Kelok Ampek Puluah Ampek (44), jalur yang digunakan untuk menghubungkan Maninjau dan Bukittinggi. credit: www.kaskus.co.id


Kelok Ampek Puluah Ampek bukanlah sekadar jalan yang berliku. Tempat ini juga memiliki pesona sendiri. Selagi menempuh perjalanan melewati Kelok Ampek Puluah Ampek, kita bisa menikmati pemandangan Danau Manunjau dari ketinggian. Selain itu, banyak pula kera-kera jinak berkeliaran yang memberi sensasi dekat dengan alam. Tahun 2010 lalu telah dibuat pula beberapa miniatur tempat-tempat penting di Maninjau dan sekitarnya, yang diletakkan di setiap kelok di Kelok Ampek Puluah Ampek. Saking terkenalnya, Kelok Ampek Puluah Ampek bahkan dijadikan salah satu lirik lagu Minang.

Taman Wisata Muko-Muko

Taman Wisata Muko-Muko




Muko-Muko adalah kawasan yang berlokasi di tepian Danau Maninjau berdekatan dengan PLTA. Tempat ini menyajikan pesona tersendiri karena didukung oleh beberapa fasilitas seperti taman rekreasi, tempat ibadah, arena bermain anak dan Pulau Legenda. Taman wisata muko-muko muncul dan berkembang sebagai dampak dari pembangunan PLTA Maninjau.
Taman wisata Muko-muko juga telah menjadi daerah pendidikan dengan adanya SMA Negeri Agam Cendekia, sebuah boarding school semi militer. Oleh karena itu, di akhir pekan, taman ini lumayan ramai dikunjungi orang tua siswa yang datang menengok anaknya. Taman ini sangat ramai dikunjungi di hari raya Idul Fitri, 17 Agustusan, dan hari-hari libur besar lainnya. Taman wisata Muko-muko juga menjadi pilihan untuk mengadakan acara bertaraf nasional maupun internasional, seperti balapan sepeda se-Asia. Di Muko-muko ini juga sering diadakan pertunjukan budaya seperti tarian, randai, dan tambua tansa (jenis alat musik pukul Minangkabau). Jika berkunjung ke Muko-muko, Anda bisa menikmati naik kapal ke pulau legenda, yang katanya menyimpan banyak misteri.

Wisata Alam dan Budaya Maninjau

Maninjau, Wisata Alam dan Budaya yang Melegenda





Siapa tak tahu Danau Maninjau? Tentu masyarakat Minangkabau mengetahuinya atau setidaknya pernah mendengarnya. Danau yang ternama dengan legenda Bujang Sembilan ini, menyimpan banyak sejarah. Danau ini diyakini menjadi saksi ketulusan cinta Sani dan Giran, dan pengorbanan mereka pada Gunung Tinjau yang dianggap agung. Saking sakralnya legenda ini, nama-nama orang dalam legenda bahkan dijadikan nama daerah di sekeliling Danau Maninjau. Mereka adalah Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, dan Kaciak. Lebih lengkapnya, kisah cinta sejoli yang penuh tantangan ini telah dituangkan dalam legenda Bujang Sembilan yang sangat indah dan sarat makna.
Terlepas dari cerita Bujang Sembilan yang dapat mencirikan Danau Maninjau, sebenarnya masih banyak hal yang dapat merepresentasikan danau ini. Ada banyak hal menarik yang mungkin kurang terekspos ke permukaan. Danau Maninjau, sangatlah kaya dengan tempat wisata. Sayangnya, tempat-tempat itu kurang terpoles dan kurang diangkat ke publik. Maninjau dapat diwakili perumpamaan permata yang belum diasah. Parmato nan alun taasah, nyampang taasah silau mato urang sanagari.
Sebenarnya, Danau Maninjau sudah lumayan terkenal. Tidak hanya di Sumatera Barat, juga di Indonesia. Panorama yang indah menjadi daya jual yang menakjubkan. Danau yang berjarak kira-kira 36 km dari kota Bukittinggi ini, dapat ditempuh melalui jalan berkelok-kelok yang dinamakan Kelok Ampek Puluah Ampek (Kelok 44). Rasakan pula sensasi melewati jalan Kelok Ampek Puluah Ampek ini.
Danau Maninjau ini dulunya adalah surga bagi para wisatawan. Air danau yang bersih jernih, pemandangan sekeliling danau nan indah, hamparan sawah nan luas, pohon kelapa di tepi danau, bukit barisan nan gagah memagari, dan masyarakat nan ramah dan masih sangat tradisional, menjadi alasan mengapa wisatawan harus datang lagi ke danau ini. Sangat rugi rasanya jika datang ke Sumatera Barat tapi tidak mampir ke Danau Maninjau. Sebuah pantun berbunyi, “Jikok makan arai pinang, makanlah jo siriah hijau, Jan tibo ka Ranah minang, Jikok ndak kasinggah di Maninjau” (Kalau makan aria pinang, makanlah dengan sirih hijau, jangan datang ke Ranah Minang, kalau tidak mampir di Maninjau). Namun, itu dulu, bukan sekarang. Hari ini, air Danau Maninjau tak lagi sejernih dulu, bukit barisannya sudah tak segagah dulu, sudah penuh garukan. Penyebab utamanya adalah eksploitasi Danau Maninjau untuk usaha jaring apung dan penebangan pohon secara liar. Ini akibat ulah tangan manusia juga. Hakikat alam takambang jadi guru, bisa kita terapkan dalam menanggapi fenomena ini.
Menurunnya kualitas air Danau Maninjau dan bukit barisannya, tidak membuat Danau Maninjau lantas mati, dan kehilangan jati diri sebagai tempat wisata. Maninjau masih memiliki beragam keindahan alam dan budaya. Terbukti, hingga sekarang masih banyak hotel atau penginapan yang sengaja dibuat untuk para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Danau Maninjau

 

Danau Maninjau

adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam.
Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.
Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.
Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau Maninjau terdapat fasilitas wisata, seperti Hotel(Maninjau Indah Hotel, Pasir Panjang Permai) serta penginapan dan restoran.

Referensi

  1. ^ Brent V. Alloway, Agung Pribadi, John A. Westgate, Michael Bird, L. Keith Fifield, Alan Hogg, and Ian Smith, Correspondence between glass-FT and 14C ages of silicic pyroclastic flow deposits sourced from Maninjau caldera, west-central Sumatra, Earth and Planetary Science Letters, Vol. 227, Issues 1-2, 30 October 2004